Tuesday, February 24, 2009

Alhamdulillah

Setiap kali bangun tidur dan membuka mata, yang terucap adalah kalimat syukur bahawa Allah masih mengizinkan diri ini kembali melihat fajar. Merasai hembusan angin pagi yang menerobos celah jendela dan menjumpai semua yang semalam terlihat sebelum mata terpejam masih seperti sedia kala tidak ada yang berubah.

Kemudian melangkahlah dengan iringan doa menuju arena perjuangan kehidupan. Dengan tuntunanNya lah diri ini tidak melangkah ke jalan yang salah, tidak menjamah yang bukan hak, tidak melihat yang dilarang, tidak memamah yang tidak halal, tidak mendengar yang batil dan tidak banyak melakukan perbuatan yang sia-sia. Kerana setiap waktu yang berlalu pasti akan ditagih tanggungjawabnya. Lantaran semua jalan yang dilalui akan diminta kesaksiannya atas diri ini. Dan sebab seluruh indera ini akan diminta berbicara tentang apa-apa yang pernah tercipta.

Hari ini masih ada lalai terbuat. Masih juga lengah sehingga khilaf tercipta. Meski segunung tausyiah pernah didengar mulut ini masih tersilap berucap dusta, saringan telinga ini tetap tak mampu membendung suara-suara melenakan dan masih saja ada perbuatan yang salah, walau itu dalam bingkai alpa. Padahal di setiap terminal ruhiyah sedikitnya lima kali sehari lidah ini berucap, tangan ini terngadah dan mata menitiskan luahan bening seraya memohon perlindungan dari Allah dijauhkan dari salah dan dosa. Tetapi masih juga langkah ini menuju arah yang sesat.

Setiap hari menangis, setiap hari meminta keampunan, setiap hari berbuat salah. Hari ini mencipta dosa, esok sibuk bersujud, meluluhkan airmata, menyusun kalimah doa, menganyam rintihan semoga Allah menghapuskan semua nista dalam sekelip mata. Detik ini berbuat salah tetapi terlalu lama menghapusnya. Bahkan kadang-kadang lupa. Padahal kemungkinan saja sesaat kemudian diri ini tidak lagi sempat memohon keampunan. Lupakah bahawa waktu sangat cepat berlalu. Lupakah pula bahawa menyesal di akhirat hanyalah kesiaan yang nyata?

Bagaimana jika hari esok tak akan datang padahal baru saja seharian ini berenang di lautan dosa. Padahal belum sempat menghapus noda hari ini, kelmarin, sebulan yang lalu, setahun lalu dan bertahun-tahun yang lalu. Bagaimana jika Allah tidak berkenan untuk membukakan mata kita setelah sepanjang malam terlelap? Bagaimana jika perjumpaan dan canda riang bersama keluarga semalam adalah yang terakhir kalinya? Ketika hari esoknya roh ini melihat seluruh keluarga menangisi jasad diri yang terbujur kaku berkafan putih.

Bagaimana jika matahari esok terbit dari barat, tidak seperti biasanya dari timur? Padahal hari ini lupa menyebut namaNya. Padahal di hari ini belum sempat mengunjungi satu persatu keluarga, kerabat, sahabat, tetangga, dan orang-orang yang pernah disakiti oleh lidah dan tindakan kita. Sudah terlalu lama tidak mencium tangan dan pipi kedua orangtua mencari keredhaannya walau tak terhitung akan salah diri. Belum lagi sempat berderma setelah derma kecil beberapa tahun lalu yang sering kita banggakan.

Dan jika memang esok tak pernah datang. Sungguh celakalah diri ini. Benar-benar celaka bila belum sempat mencuci dosa sepanjang hidup. Bila belum mendengar ungkapan maaf dari orang-orang yang pernah terzalimi, bila belum menyisihkan harta yang menjadi hak orang lain, bila belum sempat meminta ampun atas segala salah dan khilaf yang tercipta.

Maka, saat pagi ini Allah masih memperkenankan diri menikmati fajar, mulaikan hari dengan kalimat, "Alhamdulillah."

Related Posts :



No comments:

Post a Comment

Blog Widget by LinkWithin